Jumat, 30 November 2007

FENOMENA AIR BANGAR

FENOMENA AIR BANGAR DI SUNGAI MAHAKAM
(SAMSUL RIZAL)

Air bangar merupakan salah satu fenomena alam yang terjadi sejak dahulu di perairan Sungai Mahakam dan merupakan bencana ekologis yang terjadi setiap tahun di Sungai Mahakam. Fenomena air bangar terjadi pada saat pergantian musim antara musim kemarau ke musim penghujan dan sebaliknya. Pergantian musim tersebut menyebabkan terjadinya perubahan beberapa parameter kualitas air yang sangat singnifikan seperti rendahnya oksigen terlarut dalam air (DO), rendahnya pH, tingginya H2S, tingginya kadar zat amoniak dan beberapa parameter kualitas air yang lain pada perairan Sungai Mahakam yang tidak dapat ditolelir oleh ikan.



Fenomena air bangar sebagai bencana ekologis mengakibatkan berbagai jenis ikan yang ada di Perairan Sungai Mahakam menjadi stres atau bahkan mati. Fenomena air bangar ditandai dengan berubahnya warna air sungai menjadi coklat kemerahan. Selain itu air sungai juga menimbulkan bau yang menyengat. Matinya berbagai jenis ikan ini tidak hanya terjadi di Samarinda saja, tetapi juga terjadi di wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara dan pada umumnya terjadi di sepanjang aliran Sungai Mahakam.

Air bangar merupakan air yang sudah berada di daerah-daerah tangkapan air, danau dan rawa-rawa. Di mana di dalamnya ditumbuhi oleh tumbuhan-tumbuhan pada saat musim kemarau. Setelah itu daerah danau atau rawa tersebut terendam air pada saat musim hujan. Tumbuhan-tumbuhan yang terdapat di daerah tersebut akhirnya mati dan membusuk, akibat terendam air. Saat terjadi proses pembusukan pada tumbuhan di danau atau rawa, datang musim hujan pada daerah hulu Sungai Mahakam yang mengakibatkan air yang terdapat di danau dan rawa terdorong keluar ke aliran Sungai Mahakam. Air yang keluar tersebut berwarna coklat kehitaman dan berbau mengakibatkan mabuk atau mengambangnya ikan-ikan dasar perairan seperti baung dan udang.


Bagi masyarakat para nelayan ikan wilayah Kecamatan Muara kaman sampai Hulu Mahakam tidak asing lagi dengan air bangar dan merupakan hal yang biasa bahkan menguntungkan karena mereka akan dengan mudah mendapatkan ikan di pinggir Sungai Mahakam. Sebaliknya dengan masyarakat pembudidaya ikan dalam keramba di wilayah Kecamatan Tenggarong, Loa Kulu, Loa Janan dan wilayah Samarinda. Air bangar merupakan suatu momok yang sangat menakutkan bagi para pembudidaya ikan, karena air bangar tersebut menyebabkan kematian ikan yang di pelihara oleh para pembudidaya.


Pada umumnya ikan yang mati adalah ikan jenis nonlabirin seperti ikan mas, ikam nila, sedangkan ikan jenis labirin biasanya lebih tahan hidup walaupun air dalam keadan bangar, ikan-ikan jenis ini seperti ikan biawan, pepuyu dan lain-lain. Ikan jenis labirin lebih tahan pada saat air bangar, karena jenis ikan ini dapat mengambil oksigen langsung dari udara. Kematian massal ikan di perairan Sungai Mahakam pada umumnya terjadi pada saat air bangar, baik ikan yang dipelihara dalam karamba maupun ikan yang hidup bebas di Sungai Mahakam. Kematian ikan yang di pelihara pada karamba biasanya dalam jumlah yang sangat besar, hal ini sangat merugikan bagi pembudidaya ikan di karamba. Pada saat air bangar harga ikan dipasaran dapat dipastikan menjadi sangat murah karena ikan-ikan yang mabuk (mengambang) dan mati tersebut dijual oleh para pembudidaya ikan dalam jumlah yang banyak, agar mereka tidak mengalami kerugian yang lebih parah lagi.


Kerugian akibat air bangar sebagai bencana ekologis di Sungai Mahakam bisa mencapai juta hingga ratusan juta rupiah khususnya yang dialami para pembudidaya ikan di karamba yang di akibatkan kematian ikan secara massal. Pemerintah khususnya dinas terkait diharapkan tanggap dalam mengatasi permasalahan yang di hadapi pembudidaya ikan khususnya air bangar karena masyarakat yang melakukan usaha tersebut sangat banyak dan menjadikan usaha pembudidayan ikan dalam karamba sebagai mata pencaharian utama bagi kehidupan mereka.


Selama ini masyarakat di pinggir Sungai Mahakam mengetahui air bangar berdasarkan pengamatan mereka akan situasi perairan Sungai Mahakam. Fenomena ini biasanya di tandai dengan mulai stresnya ikan yang ditandai dengan mengambangnya ikan dipermukaan air, bahkan lebih parah lagi matinya ikan dan udang yang hidup di dasar perairan (ikan baung, ikan patin, udang galah dan lain-lainnya.

3 komentar:

Anonim mengatakan...

he..he..
rajin2 ya neliti kalahkan dosen fPIk unmul.. abg juga dulu bisa kalahkan dosen unmul nulis artikel di media massa,,,,,,,lam kenal ya.
fs abg...dodimadina@yahoo.com

Anonim mengatakan...

halo bro pa kabar nih salut deh ma blog science. dikembang lagi biar makin banyak info riset yang bisa di posting kan bisa bernagi ilmu toh. salam kangen ma kawalan FPIK UNMUL di samarinda ya. from coatheartborneo FPIK BORNEO Tarakan. saran nih
usahakan kul pasca biar bisa daftar dosen di unmul atw borneo man z lah ok good luck sektor perikanan kelautan borneo butuh banyak pemikir kraetif biar bisa tetap jaya jadi sektor unggul nga mungkinkan kita yang produksi tapi dipasaran dunia made in malaysi and singapure ok good luck n spirit always ;D

Anonim mengatakan...

halo bro pa kabar nih salut deh ma blog science. dikembang lagi biar makin banyak info riset yang bisa di posting kan bisa bernagi ilmu toh. salam kangen ma kawalan FPIK UNMUL di samarinda ya. from coatheartborneo FPIK BORNEO Tarakan. saran nih
usahakan kul pasca biar bisa daftar dosen di unmul atw borneo man z lah ok good luck sektor perikanan kelautan borneo butuh banyak pemikir kraetif biar bisa tetap jaya jadi sektor unggul nga mungkinkan kita yang produksi tapi dipasaran dunia made in malaysi and singapure ok good luck n spirit always ;D

Posting Komentar