Selasa, 26 Mei 2009

MANGROVE DAN TAMBAK


TAMBAK SILVOFISHERY DI HANDIL 8
KAWASAN DELTA MAHAKAM
oleh :
Samsul Rizal

Pertambakan udang di kawasan Delta Mahakam umumnya dibangun secara ekstensif tradisional dengan luas lahan petakan tambak diatas 5 ha. Hal ini tidak saja dapat merusak hutan mangrove dalam areal yang sangat luas, akan tetapi juga dalam kondisi terbuka seperti itu akan berdampak terhadap perubahan kondisi lingkungan misalnya perubahan kualitas air tambak. Tambak yang dibangun dengan menerapkan dua sistem (pond trap dan shrimp pond) dalam satu tambak menyebabkan pemanfaatan lahan yang luas dengan luas petakan 2 – 50 ha. Plasma nuftah mangrove selaku penyangga kawasan delta dari tahun ke tahun penutupannya makin menurun (deforestasi sekitar 80 %).
Foto Budidaya Kepiting Soka pada Tambak Silvofishery
Deforestasi tersebut akan berdampak terhadap perubahan yang mendasar, seperti perubahan iklim mikro, terutama dalam goncangan yang cepat dari suhu, salinitas, angin dan evaporasi. Daya tangkap atau daya saring dari daerah terbuka terhadap bahan pencemar dan lumpur menjadi rendah, selain juga rentan terhadap erosi dan abrasi pantai, sehingga kekeruhan di wilayah sekitarnya menjadi sangat tinggi, yang ditandai dengan adanya pendangkalan di alur lalu lintas air, dan pada akhirnya mengurangi fungsi mangrove sebagai nursery ground, feeding ground, fishing ground, dan lain-lain.
Konversi hutan mangrove menjadi lahan pertambakan, pertanian, perkebunan, migas maupun pemukiman akan berdampak negatif pada regenerasi stok sumberdaya ikan dan udang, selain itu hal ini dapat mengakibatkan kemusnahan fungsi-fungsi ekologis hutan mangrove sebagai daerah tempat mencari makanan, asuhan, memijah ikan maupun organisme lainnya. Hal ini akan berakibat pada hilangnya berbagai macam spesies flora dan fauna yang berasosiasi dengan ekosistem mangrove dalam jangka panjang akan mengganggu keseimbangan ekosistem pesisir.
Mengingat sangat pentingnya fungsi hutan mangrove disatu sisi dan banyaknya pembukaan areal hutan mangrove menjadi kawasan pertambakan di pesisir Delta Mahakam pada sisi lain maka periu segera dilakukan upaya-upaya pemulihan kembali fungsi ekologis dan ekonomi kawasan hutan mangrove di Delta Mahakam melalui kegiatan rehabilitasi lahan yang di kombinasikan dengan pengembangan budidaya tambak yang disebut tambak sivofishery, sehingga kegiatan ektensifikasi tambak yang merusak lingkungan dapat digantikan dengan model tambak sivofishery.
Penerapan tambak silvofishery telah di terapkan di Handil 8 Kelurahan Muara Jawa Ilir Kecamatan Muara Jawa Kawasan Delta Mahakam, merupakan daerah yang sebagian besar wilayahnya terdiri dari perairan pesisir dan laut, memiliki potensi besar dalam bidang perikanan, pariwisata, kawasan hutan mangrove dan sumberdaya alam lainnya. Sumberdaya perikanan yang memiliki potensi dan memiliki nilai ekonomis penting serta merupakan komoditas ekspor di daerah tersebut salah satunya adalah kepiting bakau. Tambak silvofishery di daerah handil 8 saat ini digunakan untuk budidaya kepiting soka (Soft Shell Crabs) dari jenis Kepiting bakau (Scylla serrata F).

0 komentar:

Posting Komentar